Budidaya Rotifera
Peralatan dan wadah yang dapat digunakan dalam mengkultur pakan alami
Rotifera ada beberapa macam. Jenis-jenis wadah yang dapat digunakan
antara lain adalah bak semen, tanki plastik, bak beton, bak fiber dan
kolam tanah. Sedangkan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan
budidaya Rotifera antara lain adalah aerator/blower, selang aerasi, batu
aerasi, selang air, timbangan, kantong plastik, tali rafia, saringan
halus/seser, ember,gayung, gelas ukur kaca.
Pemilihan wadah yang akan
digunakan dalam membudidayakan Rotifera sangat bergantung kepada
tujuannya. Wadah yang terbuat dari bak semen, bak beton, bak fiber dan
tanki plastik biasanya digunakan untuk membudidayakan Rotifera secara
selektif yaitu membudidayakan pakan alami ditempat terpisah dari ikan
yang akan mengkonsumsi pakan alami. Sedangkan wadah budidaya kolam tanah biasanya dilakukan untuk membudidayakan pakan alami nonselektif yaitu membudidayakan pakan alami secara bersama-sama dengan ikan yang akan mengkomsumsi pakan alami tersebut.
Rotifera yang dipelihara didalam wadah
pemeliharaan akan tumbuh dan berkembang oleh karena itu harus dipantau
kepadatan populasi Rotifera didalam wadah. Alat yang digunakan adalah
gelas ukur kaca yang berfungsi untuk melihat kepadatan populasi
Rotifera yang dibudidayakan didalam wadah pemeliharaan. Selain itu
diperlukan juga seser atau saringan halus pada saat akan melakukan
pemanenan Rotifera. Rotifera yang telah dipanen tersebut dimasukkan
kedalam ember plastik untuk memudahkan dalam pengangkutan dan digunakan
jugagayung plastik untuk mengambil media air budidaya Rotifera yang
telah diukur kepadatannya.
Setelah berbagai macam peralatan dan wadah yang digunakan dalam
membudidayakan pakan alami Rotifera diidentifikasi dan dijelaskan fungsi
dan cara kerjanya , langkah selanjutnya adalah melakukan persiapan
terhadap wadah tersebut. Langkah pertama adalah peralatan dan wadah yang
akan digunakan ditentukan sesuai dengan skala produksi dan kebutuhan.
Peralatan dan wadah disiapkan untuk digunakan dalam budidaya Rotifera.
Wadah yang akan digunakan dibersihkan dengan menggunakan sikat dan
diberikan desinfektan untuk menghindari terjadinya kontaminasi dengan
mikroorganisme yang lain. Wadah yang telah dibersihkan selanjutnya dapat diari dengan air bersih.
Wadah budidaya yang telah diairi dapat digunakan untuk memelihara
Rotifera. Air yang dimasukkan kedalam wadah budidaya harus bebas dari
kontaminan seperti pestisida, deterjen dan chlor. Air yang digunakan
sebaiknya diberi oksigen dengan menggunakan aerator dan batu aerasi yang
disambungkan dengan selang aerasi. Aerasi ini dapat digunakan pula
untuk menetralkan chlor atau menghilangkan Carbondioksida didalam air.
Kedalaman air didalam wadah budidaya yang optimum adalah 50 cm dan
maksimum adalah 90 cm.
Langkah kerja
dalam menyiapkan peralatan dan wadah kultur pakan alami Rotifera adalah
sebagai berikut :
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan sebutkan fungsi dan cara kerja peralatan tersebut!
- Tentukan wadah yang akan digunakan untuk membudidayakan Rotifera !
- Bersihkan wadah dengan menggunakan sikat dan disiram dengan air
bersih, kemudian lakukan pensucihamaan wadah dengan menggunkan
desinfektan sesuai dengan dosisnya.
- Bilaslah wadah yang telah dibersihkan dengan menggunakan air bersih.
- Pasanglah peralatan aerasi dengan merangkaikan antara aerator,
selang aerasi dan batu aerasi, masukkan kedalam wadah budidaya. Ceklah
keberfungsian peralatan tersebut dengan memasukkan kedalam arus listrik.
- Masukkan air bersih yang tidak terkontaminasi kedalam wadah
budidaya dengan menggunakan selang plastik dengan kedalaman air yang
telah ditentukan, misalnya 50 cm.
Media seperti apakah yang dapat digunakan untuk
tumbuh dan berkembang pakan alami Rotifera. Rotifera merupakan hewan air
yang hidup diperairan tawar subtropik dan tropik baik di daerah danau,
sungai dan kolam-kolam. Berdasarkan habitat alaminya pakan alami
Rotifera ini dapat hidup pada perairan yang mengandung unsur hara. Unsur
hara ini dialam diperoleh dari hasil dekomposisi nutrien yang ada
didasar perairan. Untuk melakukan budidaya pakan alami diperlukan unsur
hara tersebut didalam media budidaya. Unsur hara yang dimasukkan kedalam
media tersebut pada umumnya adalah pupuk.
Jenis pupuk yang dapat digunakan sebagai sumber unsur hara pada media
kultur pakan alami Rotifera adalah pupuk organik dan anorganik.
Pemilihan antara kedua jenis pupuk tersebut sangat bergantung kepada
ketersediaan pupuk tersebut dilokasi budidaya, dan kedua jenis pupuk
tersebut dapat digunakan sebagai sumber unsur hara.
Jenis pupuk organik yang biasa
digunakan adalah pupuk kandang, pupuk kandang adalah pupuk yang berasal
dari campuran antara kotoran hewan dengan sisa makanan dan alas tidur
hewan tersebut. Campuran ini telah mengalami pembusukan sehingga sudah
tidak berbentuk seperti semula. Pupuk kandang yang akan dipergunakan
sebagai pupuk dalam media kultur pakan alami adalah pupuk kandang yang
telah kering. Mengapa pupuk kandang yang digunakan harus yang
kering ? Pupuk kandang yang telah kering sudah mengalami proses
pembusukan secara sempurna sehingga secara fisik seperti warna, rupa,
tekstur, bau dan kadar airnya tidak seperti bahan aslinya.
Pupuk kandang ini jenisnya ada beberapa macam antara lain adalah pupuk
yang berasal dari kotoran hewan sapi, kerbau, kelinci, ayam, burung dan
kuda. Dari berbagai jenis kotoran hewan tersebut yang biasa digunakan
adalah kotoran ayam dan burung puyuh. Kotoran ayam dan burung puyuh yang
telah kering ini digunakan dengan dosis sesuai kebutuhan.
Jenis pupuk anorganik juga bisa
digunakan sebagai sumber unsur hara pada media kultur Rotifera jika
pupuk kandang tidak terdapat
dilokasi tersebut.
Jenis pupuk anorganik yang biasa
digunakan adalah pupuk yang mengandung unsur Nitrogen, Phosphat dan
Kalium. Pupuk anorganik yang banyak mengandung unsur nitrogen dan banyak
dijual dipasaran adalah urea, Zwavelzure Ammoniak (ZA), sedangkan unsur
phosphat adalah Triple Superphosphat (TSP). Untuk lebih mudahnya saat
ini juga sudah dijual pupuk majemuk yang mengandung unsur Nitrogen,
Phosphate dan Kalium (NPK).
Pupuk yang
dimasukkan kedalam media kultur pakan alami yang berfungsi untuk
menumbuhkan bakteri, fungi, detritus dan beragam
phytoplankton
sebagai makanan utama Rotifera. Dengan tumbuhnya pakan Rotifera di dalam
media kultur maka pakan alami yang akan dipelihara di dalam wadah
budidaya tersebut akan tumbuh dan berkembang.
Berapakah dosis pupuk yang harus ditebarkan kedalam media kultur pakan
alami Rotifera ? Berdasarkan pengalaman beberapa pembudidaya dosis
yang digunakan untuk pupuk kandang dari kotoran ayam sebanyak 500
gram/m3, sedangkan yang berasal dari kotoran burung puyuh adalah 1000
gram/m3, atau 1,0 gram/liter. Tetapi dosis pupuk kandang yang berasal
dari kotoran burung puyuh berdasarkan hasil penelitian dan memberikan
pertumbuhan populasi Rotifera pada hari ketujuh sebanyak 80
individu/liter.
Dosis yang digunakan
untuk pupuk anorganik harus dihitung berdasarkan kebutuhan unsur hara
yang dibutuhkan. Beberapa pembudidaya ada yang menggunakan pupuk nitrat
dan phosphat sebagai unsur hara yang dimasukkan kedalam media kultur
pakan alami. Dosis yang digunakan dihitung berdasarkan kandungan unsur
hara yang terdapat dalam pupuk an organik, misalnya pupuk yang akan
digunakan adalah urea dan ZA. Kadar unsur N dalam urea adalah 46%,
artinya dalam setiap 100 kg urea mengandung unsur N sebanyak 46 kg.
Untuk ZA kadar N nya 21% , artinya kadar N dalam pupuk ZA adalah 21 kg.
Sedangkan pupuk kandang yang baik mengandung unsur N sebanyak 1,5– 2%.
Oleh karena dalam menghitung jumlah pupuk anorganik yang dibutuhkan
dalam media kultur pakan alami dilakukan perhitungan matematis. Misalnya
kebutuhan urea adalah V1N1 = V2N2, 2X1,5=VX46, maka kebutuhan urea
adalah 3 : 46 = 0,065 kg.
Pupuk yang telah ditentukan akan digunakan sebagai sumber unsur hara
dalam media kultur pakan alami selanjutnya dihitung dan ditimbang sesuai
dengan dosis yang dibutuhkan. Penimbangan dilakukan setelah wadah
budidaya disiapkan. Kemudian pupuk tersebut dimasukkan kedalam kantong
plastik atau karung plastik diikat dan di lubangi dengan menggunakan
paku atau gunting agar pupuk tersebut dapat mudah larut didalam media
kultur pakan alami Rotifera. Pupuk tersebut akan berproses didalam media
dan akan tumbuh mikroorganisme sebagai makanan utama dari Rotifera.
Waktu yang dibutuhkan oleh proses dekomposisi pupuk didalam media kultur
pakan alami Rotifera ini berkisar antara 7 – 14 hari. Setelah itu baru
bisa dilakukan penebaran bibit Rotifera kedalam media kultur.
Selama dalam pemeliharaan harus
terus dilakukan pemupukan susulan seminggu sekali dengan dosis setengah
dari pemupukan awal. Pakan alami Rotifera mempunyai siklus hidup yang
relatif singkat yaitu 4 – 12 hari. Oleh karena itu agar pembudidayaannya
bisa berlangsung terus harus selalu diberikan pemupukan susulan. Dalam
memberikan pemupukan susulan ini caranya hampir sama dengan pemupukan
awal dan ada juga yang memberikan pemupukan susulannya dalam bentuk
larutan pupuk yang dicairkan.
Parameter kualitas air didalam media kultur pakan alami Rotifera juga
harus dilakukan pengukuran. Rotifera akan tumbuh dan berkembang pada
media kultur yang mempunyai kandungan Oksigen terlarut sebanyak > 5
ppm, kandungan amonia < 1 ppm, suhu air berkisar antara 28 – 30 oC
dan pH air antara 6 – 8.
Langkah kerja
yang harus dilakukan pada pembuatan media budidaya Rotifera sama dengan
budidaya Daphnia.
Ada beberapa langkah yang
harus dilakukan sebelum melakukan inokulasi bibit pakan alami kedalam
media kultur yaitu pertama melakukan identifikasi jenis bibit pakan
alami Rotifera, kedua melakukan seleksi terhadap bibit pakan alami
Rotifera, ketiga melakukan inokulasi bibit pakan alami sesuai dengan
prosedur .
Identifikasi Rotifera perlu dilakukan
agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan inokulasi. Rotifera
merupakan salah satu jenis zooplankton yang hidup diperairan tawar
didaerah tropis dan subtropis. Berdasarkan klasifikasinya Rotifera sp
dapat dimasukkan kedalam :
Filum : Rotifera
Kelas : Monogononta
Ordo : Ploima
Famili : Brachionidae
Subfamili : Brachioninae
Genus : Brachionus
Spesies : Brachionus calyciflorus
Morfologi Rotifera dapat dilihat secara langsung dibawah mikroskop,
ciri khas nya yang sangat mudah untuk dikenali adalah adanya corona atau
semacam selaput yang dikelilingi cilia yang mencolok disekitar
mulutnya. Lingkaran cilia dibagian anterior terdapat diatas pedestal
yang terbagi dua yang disebut trocal disk. Gerakan membranela pada
trochal disk seperti dua roda yang berputar. Trochal disk digunakan
untuk berenang dan makan.
Tubuh Rotifera umumnya transparan,
beberapa berwarna hijau, merah atau coklat yang disebabkan oleh warna
makanan yang ada disekitar saluran pencernaannya. Tubuh terbagi atas
tiga bagian yaitu bagian kepala yang pendek, badan yang besar dan kaki
atau ekor. Bentuk tubuh agak panjang dan silindris. Pada kepala terdapat
corona yang berguna sebagai alat untuk mengalirkan makanan, organ
perasa atau peraba dan bukaan mulut.
Rongga badan berisi cairan tubuh dan terdapat beberapa organ tubuh,
yaitu saluran pencernaan yang terdiri dari mastax dengan kelenjar ludah,
oesophagus, lambung dengan kelenjar perut dan usus. Organ ekresi, organ
genital meliputi germanium atau ovari dan vitellarium. Sejumlah
otot-otot melingkar dan membujur yang meluas sampai ke kepala dan kaki.
Kepala dan badan tidak jelas batasnya, kaki ramping dan ujung kaki
mengecil, pada ujung kaki terdapat dua ruas semu atau lebih bahkan
kadang-kadang tidak terlihat karena ditarik kedalam tubuh atau mengkerut
dan adakalanya tidak. Kaki yang beruas semu mempunyai dua jari dan
mengandung kelenjar kaki yang bermuara di ujung jari.
Badan Brachionus dilapisi kutikula yang membentuk lapisan agak tebal
dan kaku yang disebut lorica. Ukuran lorica berbeda-beda untuk setiap
spesies yang sama pada habitat berbeda. Rata-rata lebar lorica
Brachionus calyciflorus bervariasi antara 124 – 300 mikron. Panjang
tubuh berkisar antara 200 – 500 μm . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 7.23.
Langkah selanjutnya setelah dapat
mengidentifikasi jenis Rotifera yang akan ditebar kedalam media kultur
adalah melakukan pemilihan terhadap bibit Rotifera. Pemilihan bibit
Rotifera yang akan ditebar kedalam media kultur harus dilakukan dengan
tepat. Bibit yang akan ditebar kedalam media kultur harus yang sudah
dewasa. Rotifera dewasa berukuran 2,5 mm, anak pertama sebesar 0,8 mm
dihasilkan secara parthenogenesis.
Perkembangbiakan Rotifera di dalam media kultur dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu secara sexual dan asexual. Perkembangbiakan secara
asexual (tidak kawin) yang disebut dengan Parthenogenesis terjadi dalam
keadaan normal. Sifat yang khas pada rotifera adalah adanya dua tipe
jenis betina yaitu betina miktik dan amiktik. Betina amiktik
menghasilkan telur yang akan berkembang menjadi betina amiktik pula.
Tetapi dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan (tidak normal)
seperti terjadi perubahan salinitas, suhu air dan kualitas pakan, maka
telur betina amiktik tersebut dapat menetas menjadi betina miktik.
Betina
miktik ini akan menghasilkan telur yang akan berkembang menjadi jantan.
Bila jantan dan betina miktik tersebut kawin, maka betina miktik akan
menghasilkan telur dorman (dorman egg) dengan cangkang yang keras dan
tebal yang tahan terhadap kondisi perairan yang jelek dan kekeringan,
dan dapat menetas bila keadaan perairan telah normal kembali.
Rotifera mempunyai umur hidup
yang relatif singkat yaitu antara 4 – 19 hari. Menurut beberapa ahli 24
jam setelah menetas Brachionus muda telah menjadi dewasa dan dapat
menghasilkan telur 2 sampai 3 butir. Hal ini telah diperkuat oleh
peneliti bahwa jumlah telur yang dihasilkan oleh induk betina Brachionus
calyciflorus yang dikultur secara khusus di laboratorium adalah
rata-rata 3 – 6 butir.
Sedangkan pengetahuan tentang jumlah telur
yang dihasilkan oleh betina miktik masih sedikit sekali, tetapi diduga
tidak jauh berbeda dari jumlah telur yang dihasilkan oleh betina amiktik.
Setelah dapat membedakan antara individu Rotifera yang telur, anak,
remaja dan dewasa maka selanjutnya adalah memilih individu yang dewasa
sebagai calon bibit yang akan ditebarkan kedalam media kultur. Jumlah
bibit yang akan ditebarkan kedalam media kultur
sangat bergantung
kepada volume media kultur . Padat penebaran bibit yang akan diinokulasi
kedalam media kultur biasanya adalah 20 – 25 individu perliter.
Cara yang dilakukan dalam melakukan inokulasi adalah dengan
menebarkannya secara hati-hati kedalam media kultur sesuai dengan padat
tebar yang telah ditentukan. Penebaran bibit Rotifera ini sebaiknya
dilakukan pada saat suhu perairan tidak terlalu tinggi yaitu pada pagi
dan sore hari.
Langkah kerja dalam menebar bibit pakan alami rotifera adalah sebagai berikut :
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum melakukan inokulasi/penanaman bibit pakan alami Rotifera!
- Siapkan mikroskop dan peralatannya untuk mengidentifikasi jenis Rotifera yang akan dibudidayakan!
- Ambillah seekor Rotifera dengan menggunakan pipet dan letakkan
diatas objec glass, dan teteskan formalin agar individu tersebut tidak
bergerak !
- Letakkan objec glass dibawah mikroskop dan amati morfologi Rotifera serta cocokkan dengan gambar 6.
- Lakukan pengamatan terhadap individu Rotifera beberapa kali
ulangan agar dapat membedakan tahapan stadia pada Rotifera yang sedang
diamati dibawah mikroskop !
- Hitunglah panjang tubuh individu Rotifera dewasa beberapa ulangan dan perhatikan ukuran tersebut dengan kasat mata!
- Lakukanlah pemilihan bibit yang akan ditebarkan kedalam media kultur d an letakkan dalam wadah yang terpisah!
- Tentukan padat penebaran yang akan digunakan dalam budidaya pakan alami Rotifera tersebut sebelum dilakukan penebaran.
- Hitunglah jumlah bibit yang akan ditebar tersebut sesuai dengan point 8.
- Lakukan penebaran bibit pakan alami Rotifera pada pagi atau sore hari dengan cara menebarkannya secara perlahan-lahan kedalam media kultur.
Pemupukan susulan pada budidaya
rotifera dilakukan sama dengan budidaya daphnia. Frekuensi pemupukan
susulan ditentukan dengan melihat sample air didalam media kultur ,
parameter yang mudah dilihat adalah jika transparansi kurang dari 0,3 m
didalam media kultur. Hal ini dapat dilihat dari warna air media yang
berwarna keruh atau warna tehbening. Jika hal tersebut terjadi segera
dilakukan pemupukan susulan. Jenis pupuk yang digunakan sama dengan
pemupukan awal.
Mengapa
pertumbuhan populasi pakan alami Rotifera harus dipantau ? Kapan
waktu yang tepat dilakukan pemantauan populasi pakan alami Rotifera yang
dibudidayakan didalam media kultur ? Bagaimana kita menghitung
kepadatan populasi pakan alami Rotifera didalam media kultur ? Mari
kita jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan mempelajari beberapa
referensi tentang hal tersebut atau dari majalah dan internet yang dapat
menjawabnya. Didalam handout ini akan diuraikan secara singkat tentang
pertumbuhan Rotifera, menghitung kepadatan populasi dan waktu
pemantauannya.
Rotifera yang
dipelihara dalam media kultur yang tepat akan mengalami pertumbuhan yang
cepat. Secara biologis Rotifera akan tumbuh dewasa pada umur satu
hari (24 jam setelah menetas), jika pada saat inokulasi yang ditebarkan
adalah bibit Rotifera yang dewasa maka dalam waktu dua hari bibit
Rotifera tersebut sudah mulai beranak, karena periode maturasi Rotifera
pada media yang mempunyai suhu 25 oC adalah satu hari. Jumlah telur yang
dikeluarkan dari satu induk bibit Rotifera adalah sebanyak 2 – 3 butir.
Daur hidup Rotifera adalah 6 – 19 hari dan Rotifera menjadi dewasa
hanya dalam waktu satu hari, sehingga bisa diperhitungkan prediksi
populasi Rotifera didalam media kultur.
Berdasarkan siklus hidup Rotifera maka kita dapat menentukan waktu yang
tepat untuk dilakukan pemanenan sesuai dengan kebu tuhan larva atau benih ikan yang akan mengkonsumsi pakan alami Rotifera. Ukuran Rotifera yang dewasa dan anak-anak berbeda oleh
karena itu perbedaan ukuran tersebut sangat bermanfaat bagi ikan yang
akan mengkonsumsi dan disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut larva.
Pemantauan pertumbuhan pakan
alami Rotifera di media kultur harus dilakukan agar tidak terjadi
kepadatan populasi yang mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi
didalam media. Hal tersebut diakibatkan oleh kurangnya oksigen didalam
media kultur. Tingkat kepadatan populasi yang maksimal didalam media
kultur adalah 80 individu permililiter, walaupun ada juga yang mencapai
kepadatan 120 – 150 individu permililiter. Untuk mengukur tingkat kepadatan populasi Rotifera didalam media kultur
dilakukan dengan cara sampling beberapa titik dari media, minimal tiga
kali sampling. Sampling dilakukan dengan cara mengambil air media kultur
yang berisi Rotifera dengan menggunakan baker glass atau erlemeyer.
Hitunglah jumlah Rotifera yang terdapat dalam botol contoh tersebut,
data tersebut dapat dikonversikan dengan volume media kultur.
Langkah Kerja dalam memantau pertumbuhan populasi pakan alami Rotifera
adalah sebagai berikut :
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum melakukan pemantauan pertumbuhan populasi pakan alami Rotifera.
- Tentukan waktu pemantauan kepadatan populasi sesuai dengan prediksi tingkat pertumbuhan Rotifera di media kultur.
- Ambillah sampel air dimedia kultur dengan menggunakan baker glass/erlemeyer, amati dengan seksama dan teliti !
- Hitunglah jumlah Rotifera yang terdapat dalam baker glass tersebut !
- Lakukanlah kegiatan tersebut minimal tiga kali ulangan dan catat apakah terjadi perbedaan nilai pengukuran dari ketiga lokasi yang berbeda.
- Hitunglah rata-rata nilai populasi dari ketiga sampel yang berbeda lokasi. Nilai rata-rata ini akan dipergunakan untuk menghitung kepadatan populasi pakan alami Rotifera di media kultur.
- Catat volume air sampel dan jumlah Rotifera dari data point 6, lakukan konversi nilai perhitungan tersebut untuk menduga kepadatan populasi pakan alami Rotifera didalam media kultur.
Pemanenan pakan alami
Rotifera ini dapat dilakukan setiap hari atau seminggu sekali atau dua
minggu sekali. Hal tersebut bergantung kepada kebutuhan suatu usaha
terhadap ketersediaan pakan alami Rotifera.
Pemanenan pakan alami Rotifera yang dilakukan setiap hari biasanya
jumlah yang dipanen adalah kurang dari 20% . Pemanenan Rotifera dapat
juga dilakukan seminggu sekali atau dua minggu sekali sangat bergantung
kepada kelimpahan populasi Rotifera didalam media kultur.
Untuk menghitung kepadatan Rotifera pada
saat akan dilakukan pemanenan, dapat dilakukan tanpa menggunakan alat
pembesar atau mikroskop. Rotifera diambil dari dalam wadah, yang telah
diaerasi agak besar sehingga Rotifera merata berada di seluruh kolom
air, dengan memakai gelas piala volume 100 ml. Rotifera dan air di dalam
gelas piala selanjutnya dituangkan secara perlahan-lahan sambil
dihitung jumlah Rotifera yang keluar bersama air.
Apabila jumlah Rotifera yang ada sangat banyak, maka dari gelas piala
100 ml dapat diencerkan, caranya adalah dengan menuangkan kedalam gelas
piala 1000 ml dan ditambah air hingga volumenya 1000 ml.Dari gelas 1000
ml, lalu diambil sebanyak 100 ml. Rotifera yang ada dihitung seperti
cara diatas, lalu kepadatan di dalam wadah budidaya dapat diketahui
dengan cara mengalikan 10 kali jumlah didalam gelas 100 ml. Sebagai
contoh, apabila di dalam gelas piala 100 ml terdapat 200 ekor Rotifera,
maka kepadatan Rotifera diwadah budidaya adalah 10 X 200 ekor = 2000
individu per 100 ml.
Pemanenan Rotifera dapat dilakukan
berdasarkan siklus reproduksinya, dimana Rotifera akan menjadi dewasa
pada umur satu hari dan dapat bertelur setiap hari, maka dapat
dipredeksi kepadatan populasi Rotifera didalam media kultur jika padat
tebar awal dilakukan pencatatan. Rotifera dapat berkembangbiak tanpa kawin dan usianya relative singkat yaitu 6 – 19 hari.
Pemanenan dapat dilakukan pada hari ke empat – sembilan jika
populasinya sudah mencukupi, pemanenan tersebut dilakukan dengan cara
menggunakan seser halus. Waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari
disaat matahari terbit, pada waktu tersebut Rotifera akan banyak
mengumpul dibagian permukaan media untuk mencari sinar. Dengan
tingkahlakunya tersebut akan sangat mudah bagi para pembudidaya untuk
melakukan pemanenan. Rotifera yang baru dipanen tersebut dapat digunakan
langsung untuk konsumsi larva atau benih ikan.
Rotifera yang sudah dipanen
tersebut dapat tidak secara langsung diberikan pada larva dan benih ikan
hias yang dibudidayakan tetapi dilakukan penyimpanan. Cara penyimpanan
Rotifera yang dipanen berlebih dapat dilakukan pengolahan Rotifera segar
menjadi beku . Proses tersebut dilakukan dengan menyaring Rotifera
dengan air dan Rotiferanya saja yang dimasukkan dalam wadah plastic dan
disimpan didalam lemari pembeku (Freezer).
Langkah kerja dalam melakukan pemanenan rotifera dilakukan sama dengan
pemanenan pada Daphnia, yang membedakan adalah waktu pemanenan dan
jumlah rotifera yang akan dipanen setiap hari.
Diperoleh dari "http://www.crayonpedia.org/mw/BAB_VII._TEKNOLOGI_PRODUKSI_PAKAN_ALAMI"
blog rekanku : blogmailnih.blogspot.com